Bijih besi dari tambang biasanya masih bercampur dengan
pasir, tanah liat,
dan batu-batuan lainnya. Untuk kelancaran pengolahan
bongkahan bijih
tersebut dipecahkan dengan mesin pemecah, kemudian disortir
antara bijih
besi dan bebatuan ikutan dengan tromol magnit. Pekerjaan
selanjutnya
adalah mencuci bijih besi tersebut dan mengelompokkan
menurut besarnya,
bijih-bijih halus dan butir-butir yang kecil diaglomir di
dalam dapur sinter
atau di rol hingga bola-bola yang dapat dipakai kembali
sebagai isi dapur.
Setelah bijih besi dipanggang di dalam dapur panggang agar
kering dan
unsur-unsur yang mudah menjadi gas keluar dari bijih besi
kemudian
dibawah ke dapur tinggi untuk diolah menjadi besi kasar.
A. Sifat bahan
1. Besi Tuang, yaitu besi yang dihasilkan dari tanur tinggi.
Sifat besi tuang antara lain:
a.
Mengandung 3%-6% karbon serta sejumlah kecil silicon, mangan , fosfor, dan
belerang.
b. Sangat
keras tetapi rapuh.
c. Tidak dapat ditempa
d. Titik leleh rendah.
Berdasarkan sifat ini, besi tuang mudah digunakan pada
alat-alat yang dibuat dengan cetakan, seperti kaki mesin jahit, setrika,
lumpang besi , dan sebagainya. Karena titik lelehnya rendah maka mudah
dicairkan dan dituangkan ke dalam cetakan
Sifat besi
baja antara lain:
a. mengandung
0.02%-1.5% karbon.
b. keras
tetapi dapat ditempa
c. tahan
korosi
3. Besi
tempa
Sifat besi
tempa, antara lain:
a.
mengandung kurang dari 0.5% karbon.
b. kurang
keras dan mudah ditempa.
Jenis besi
ini banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk paku, kawat, besi beton,
dan sebagainya.
Baja adalah
besi yang mengandunbg 0.02%-1.5% karbon. Sifat baja tergantung pada jumlah
karbon yang dikandungya.
Berdasarkan
kandungan karbon, jenis baja dibagi menjadi :
1. Baja
lunak, yaitu baja yang mengandung kurang dari 0.2 % karbon. Disebut baja lunak
karena mudah dibentuk dan diregangkan. Baja ini bisa digunakan untuk membuat
kabel dan rantai.
2. Baja
medium, yaitu baja yang mengandung 0.2%-0.6% karbon. Baja ini digunakan
untuk membuat rel, balok dan rangka.
3. Baja karbon tinggi, yaitu baja yang mengandung 0.6%-1.5%
karbon. Sifatnya keras, kaku, biasa digunakan untuk alat-alat logam, per, alat
pemotong dan alat rumah tangga.
B. KEGUNAAN
Kegunaan besi
1. Untuk membuat
baja
2. Untuk
konstruksi jembatan
3. Konstruksi
pembuatan rel
4. Alat perkakas
Kegunaan baja
1. Untuk alat
rumah tangga
2. Machine repair
3. Baju anti peluru
C. CARA PRODUKSI
pembuatan besi
1. Pemanggangan
Biji
hematite (Fe2O3), mula-mula dicuci dengan air sampai bersih dari tanah yang
melekat. Setelah kering hematite tersebut lalu dipanggang. Sejumlah karbonat
atau sulfida ditambahkan yang hasil penguraiannya dapat bersenyawa dengan
silika sebagai pengotor membentuk kerak.
2. Pencairan
Biji besi hasil pemanggangan dicampurkan dengan batu kapur
dan kokas dengan perbandingan 5:2:1, dan dimasukan ke dalam tanur tinggi. Tanur
tinggi adalah menara berbentuk selinder yang pada bagian menaranya dilengkapi
dengan reaktor untuk menghasilkan temperatur tinggi dalam tanur. Tanur tinggi
juga dilengkapi dengan “cup and cone” untuk memasukan bahan baku melalui bagian atas tanur tinggi.
”cup”merupakan wadah berbentuk piala , dihubungkan dengan “cone” yang berbentuk
kerucut. Berfungsi sebagai katup yang dapat terbuka dan tertutup. Selain itu,
terdapat saluran untuk melepaskan gas-gas buangan. Ketika mendekati dasar
terdapat dua saluran untuk memisahkan kerak dan cairan besi. Bagian lain tanur,
yaitu bagian tuyer, yang merupakan saluran kecil di mana suhu udaranya berkisar
5000-7000C, tekanan udaranya dibuat rendah
Pembuatan baja.
Untuk membuat baja , maka “pig iron” atau besi tuang yang
dihasilkan dari tanur tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menurunkan
kadar karbonnya (dari 5% diturunkan sampai di bawah 1.5 %), dan untuk
menghilangkan bahan/unsur lain yang mengotori besi (belerang, fosfor, silikon
dan sebagainya) dilakukan pemurnian melalui berbagai metode, yaitu :
1. Proses Bassemer
Proses Bassemer dikembangkan di Inggris tahun 1856. Sejumlah
leburan besi tuang dari tanur tinggi dimasukan ke dalam Converter Bassemer
(yaitu tanur untuk Proses Bassemer).
Dalam metode ini, ke dalam Conventer Bassemer ditambahkan
senyawa lain seperti dolomite ( MgCO3 dan CaCO3), untuk mengikat zat pengotor
di dalam besi. Sambil diputar terus dibawah tanur, melalui lubang-lubang
dibawah tanur dimasukan gas oksigen agar bereaksi dengan karbon, silikon,
fosfor dan belerang menjadi oksida-oksidanya. Oksida-oksida ini akan diikat
oleh oksida-oksida magnesium dan kalsium (MgO dan CaO) sebagai hasil penguraian
MgCO3 dan CaCO3 yang sebelumnya dimasukan, menjadi kerak yang mengapung diatas
cairan besi. Selanjutnya besi cair yang sudah mendekati murni dikeluarkan
melalui lubang pada converter. Dan kerak yang tertinggal dalam converter dapat
dibuang.
Jenis baja yang dihasilkan Converter Bassemer ditentukan
dengan mengontrol karbon yang dikandungnya, serta jenis logam lain yang
dicampurkan untuk membuat logam aliasi
2. Proses Open Hearth Furnace ( Proses terbuka)
Tanur berupa piringan datar yang besar. Pada dasar kolom
telah ditempatkan oksida basa seperti CaO atau MgO yang nantinya akan berguna
sebagai zat pengikat. Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi tuang, besi bekas
dan batu kapur. Campuran gas
pembakar dan udara panas dilewatkan di atas piringan yang berisi besi cair ini.
Sementara diaduk maka akan berlangsung reaksi antara oksida-oksida pengotor
dengan CaO dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses ini adalah kualitas baja
yang dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus menerus selama proses
ini berlangsung lama (8-10 jam ) sedangkan Proses Bassemer berlangsung cepat
(15 menit).
3. Proses BOP (Basic Oxigen process)
Pada proses ini, besi tuang dicampur dengan besi rongsokan.
Besi tuang meleleh di dalam besi tuang. Kedalam tanur dimasukan oksigen murni
melalui pipa. Oksigen murni ini akan membakar zat pengotor didalam cairan besi
tuang. Batu kapur yang sebelumnya dimasukan kedalam tanur akan mengikat zat
pengotor ini menjadi kerak.
Hingga saat ini metode BOP banyak digunakan karena baja yang
dihasilkan mutunya tinggi, prosesnya cepat (20-30 menit), pengontrolan kualitas
mudah dilakukan, serta mudah mencampurkan logam-logam lain untuk membuat baja
aliasi.
Terakhir ini dikembangkan proses busur listrik untuk
menghasilkan kualitas baja yang lebih baik lagi.
D. CONTOH INDUSTRI
1. Krakatau steel
2. PT Abadi Metal Utama (surabaya )
3. Pt. Kencana
Mulia Steel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar